Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2010

Belajar Sejarah dengan Metode Mind Map

Gambar
Dalam kurikulum sejarah terdapat 8 kompetensi umum yang harus dimiliki peserta didik, diantaranya peserta didik mampu menarik informasi dan berpikir kritis-analitis. Maka, untuk mewujudkan kompetensi tsb. diterapkan konstruktivisme. Menurut aliran ini, proses pembelajaran harus berpusat kepada peserta didik (belajar aktif). Proses pemahaman materi pada mata pelajaran sejarah menyangkut banyak aspek dan saling berkaitan antar konsep. Keterkaitan antar tema menjadi persyaratan utama dalam memahami keutuhan konsep sejarah. Satu konsep akan sulit dikaji secara utuh jika tidak dikaitkan dengan konsep lainnya. Oleh karena itu dalam mempelajari sejarah dituntut kemampuan berpikir logis. Dengan metode mind map diharapkan pemahaman dan logika peserta didik dapat berimbas kepada peningkatan daya serap dalam memahami konsep sejarah. Berikut sampel hasil karya peserta didik dalam mengembangkan konsep materi Pergerakan Nasional. Karya Alya, Adella, Isma, Syifa, Yoshua (XI IPA1) Karya Avira, Dara

Menyoal Penjualan Naskah Kuno

Naskah-naskah kuno yang menjadi bagian dari catatan sejarah Indonesia marak dijual ke luar negeri. Dalam 3 tahun terakhir sekitar 60 naskah Melayu kuno abad ke-19 sudah beralih tangan ke Malaysia. Pemburu naskah kuno adalah para akademisi Malaysia. Lokasi perburuan meliputi pulau Bintan, pulau Lingga dan pulau Penyengat. Sedangkan jenis naskah yang diburu yaitu Cerat Centini, kitab tafsir, Alquran kuno, Syair dan memoar atau catatan harian pujangga Melayu. Untuk secarik naskah kuno yang asli, Malaysia berani membayar hingga Rp50 juta. Untuk harga Cerat Centini yang diklaim pemiliknya sebagai naskah terlengkap di dunia dihargai Rp2,5 miliar. Itu pun setelah diteliti, bukan aslinya. Menurut Titik Pudjiastuti (Guru Besar Tetap FIB-UI), penjualan naskah-naskah kuno merupakan bagian dari penjajahan budaya secara perlahan. Apabila hal itu terus dibiarkan, akar budaya bangsa Indonesia akan tercerabut. Generasi muda pun akan kehilangan identitas bangsa. (Sumber : Media Indonesia, Kamis, 4