Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Berburu Kapal VOC di Dasar Sungai Musi

PALEMBANG, KOMPAS.com — Para penyelam tradisional semakin semangat mencari harta karun di Sungai Musi. Setelah dihebohkan isu penemuan arca seharga Rp 3 miliar, kini giliran mereka memburu kapal dagang VOC (Vereenigde Oost indische Compagnie) Belanda yang karam di Sungai Musi sekitar abad ke 17 dan 18. Keberadaan kapal tersebut diungkap peneliti dari Balai Arkeologi Palembang, Aryandini Novita, dalam pertemuan di Pos Polair 30 Ilir, Rabu (2/9) siang. Ia mengatakan, belum lama ini memperoleh data semua kapal milik VOC yang tenggelam di wilayah Asia, termasuk Palembang. “Lokasinya tidak dijelaskan secara pasti, tapi disebutkan tenggelam di Sungai Musi,” kata Novita. Informasi ini menarik perhatian kelompok penyelam. Mereka langsung menghubungkannya dengan sejumlah benda yang pernah diangkat dari dasar Musi. Yanto (48), salah seorang pimpinan kelompok penyelam, mengaku pernah menemukan lempengan kuning berbentuk bundar dengan tulisan timbul ‘Arona Pajero’. Ia menduga benda yang diper

Pajak Tanah Era Mesir Kuno Mencapai Rp 21 Juta

Gambar
Faktur pajakk zaman Mesir Kuno. Rare Books and Special Collections, McGill University Library and Archives. TEMPO.CO Montreal - Pajak ternyata sudah ada sejak era Mesir kuno. Pajak di zaman Ramses yang Agung ini diketahui dari penemuan sebuah faktur pajak milik seorang warga kota. Faktur berbahan tembikar itu menunjukkan biaya pajak yang cukup tinggi dari pajak warga Amerika, yakni seberat 100 kilogram koin emas. Faktur pajak ini disimpan di perpustakaan dan tempat penyimpanan arsip Universitas McGill di Montreal. Jika dikonversi ke dalam satuan mata uang saat itu, berat tersebut setara dengan 75 talents (satuan mata uang saat itu). Faktur berbahasa Yunani kuno itu mewajibkan sebuah nama (nama kurang terbaca jelas) dan seorang temannya untuk membayar pajak atas sebidang tanah miliknya. Lembaran yang sama juga mengharuskan membayar administrasi sebesar 15 talents. Itu berarti orang tersebut harus membayarkan pajak sebesar 90 talents. "Pajak dibayarkan ke bank u

Terkuak, Manusia Neanderthal Pakai Perhiasan Ini

Gambar
Replika manusia Neanderthal di museum Neanderthal museum, di Mettmann, Jerman. AP/Heinz Ducklau TEMPO.CO, Kansas - Jauh sebelum manusia Neanderthal berbagi tempat dengan manusia modern, di Eropa, mereka mengembangkan gaya berhias yang unik. Yakni memakai cakar elang sebagai perhiasan. Baru-baru ini kelompok peneliti dari University of Kansas mengidentifikasi delapan cakar elang ekor putih, termasuk empat cakar yang memiliki bekas ukiran, dari dalam gua Neanderthal di Kroasia yang berumur 130 ribu tahun. Para peneliti menduga untaian cakar tersebut pernah menjadi bagian dari kalung atau gelang. "Temuan ini benar-benar menakjubkan," kata penulis utama, David Frayer, seorang profesor paleoantropologi, seperti dikutip dari Livescience . Cakar tersebut, menurut dia, cocok dengan anggapan bahwa manusia Neanderthal jauh lebih modern daripada perilaku mereka. Temuan ini diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE edisi Rabu, 11 Maret 2015. Cakar pertama digali lebih dari 10

Begini Faktur Pajak Era Mesir Kuno

Gambar
Faktur pajakk zaman Mesir Kuno. Rare Books and Special Collections, McGill University Library and Archives. TEMPO.CO, Montreal - Hari pajak di Amerika Serikat tinggal hitungan hari. Warga negara Amerika pun berebut untuk membayar pajak sebelum batas waktu pada 15 April 2015. Namun, hingga hari ini, sentimen terhadap pajak belum juga hilang. Uniknya, ternyata pajak sudah ada sejak era Mesir kuno. Keberadaan pajak di era Ramses Yang Agung diketahui berdasarkan penemuan sebuah faktur pajak milik seorang warga kota setempat. Faktur berbahan tembikar itu menunjukkan tarif pajak yang cukup tinggi, yakni senilai dengan 100 kilogram koin emas. Faktur pajak ini disimpan di perpustakaan dan tempat penyimpanan arsip McGill University di Montreal. "Pajak dibayarkan dalam bentuk koin emas dan disampaikan ke bank umum di Kota Diospolis Magna," kata Brice Jones, peneliti dari Concordia University, Montreal, yang menerjemahkan teks faktur pajak itu, seperti dikutip da

Terungkap, Kemiripan Peradaban Maluku Utara dan Filipina

TEMPO.CO , Jakarta - Satu lagi penggalian arkeologis yang membuktikan proses migrasi dan sisa-sisa peradaban manusia pada era Paleometalik (2.500-3.000 tahun lalu) dan Neolitik (3.500-5.000 tahun lalu), di Maluku Utara. Temuan tersebut diungkap kelompok arkeolog gabungan dari School of Marine Science and Technology Tokai University, Jepang, dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Indonesia. Menurut Rintaro Ono, profesor di Department of Maritime Civilizations Tokai University, posisi Maluku Utara termasuk penting dalam kegiatan migrasi manusia dari daratan utara, Cina dan Filipina, ke Kepulauan Oseania di selatan. “Letak geografis Maluku memungkinkan sebagai tempat migrasi atau transit,” kata dia, kepada Tempo di kantor Puslit Arkenas, Jakarta Selatan, Jumat, 20 Maret 2015. Bertolak dari faktor tersebut, Ono beserta timnya melakukan tiga kali penggalian, yaitu pada 2012, 2013, dan Maret 2015. Mereka menggali di tiga lokasi di Maluku Utara untuk mencari bukti-bukti mig