Maros dan Jejak Prasejarah
BETAPA tidak. Maros merupakan salah satu wilayah yang menampakkan jejak peradaban manusia dari zaman prasejarah. Coba saja tengok Gua Leang-Leang, yang merupakan tempat tinggal manusia prasejarah. Terletak di antara deretan bukit kapur yang curam, diperkirakan gua ini dihuni pada masa 3000-8000 tahun sebelum Masehi.
Ada dua gua yang menjadi primadona di kawasan purbakala ini. Yaitu Gua Pettae, yang ditemukan alat-alat dari batu, sisa makanan berupa tulang binatang, dan kulit kerang. Yang unik, di dinding gua terdapat sebuah lukisan prasejarah berupa telapak tangan dan babi rusa.
Ada pula Gua Pettakere, yang juga memiliki lukisan prasejarah, dalam ukuran lebih besar dan berwarna merah. Warna lukisan memang masih bisa terlihat dengan baik, meski telah berusia ribuan tahun. Rahasianya ternyata terletak pada ramuan yang digunakan untuk melukis. Diperkirakan, ramuan tersebut berasal dari bahan alam, seperti daun dan kulit kayu yang ditumbuk lalu dikunyah dan disembur langsung ke tangan yang telah menempel di dinding.
Lukisan di gua-gua itu pun memiliki makna tersendiri. Gambar jari-jari tangan dianggap sebagai tanda berkabung seorang wanita yang telah ditinggal mati suaminya. Hal ini terlihat dari banyaknya jari manis pada lukisan tersebut yang hilang dan disinyalir karena dipotong sebagai tanda duka cita. Sementara itu, lukisan babi rusa merupakan simbol perburuan yang bermakna bagi kehidupan.
Menurut perkiraan, seluruh kawasan purbakala ini dulunya tertutup air laut. Hal ini terbukti dari ditemukannya kulit kerang pada gua. Selain itu, jika melihat ke dinding-dinding batu yang ada di sekitar, terlihat garis-garis searah yang menyerupai kikisan air laut.
Terlepas dari semua keajaiban tersebut, perjalanan menuju Gua Leang-Leang sendiri telah menimbulkan banyak kesan. Perhatikan saja arsitektur rumah penduduk yang dilalui. Bagian atapnya biasanya terdapat hiasan yang menandakan profesi pekerjaan sang pemilik rumah.
Ada yang menyerupai bentuk tanduk kerbau, yang merupakan symbol kemakmuran dan menandakan bahwa pemiliknya adalah seorang petani. Sementara itu, jika atap rumahnya berbentuk ekor ikan dan sirip, menandakan bahwa pemiliknya adalah seorang nelayan. Jumlah jendela rumah pun punya cerita. Tak semata untuk memberikan sirkulasi udara yang baik bagi rumah, tetapi juga sebagai tanda jumlah generasi yang telah mendiami rumah tersebut. [ADT]
Sumber : Kompas, 13 Juli 2011
Ada dua gua yang menjadi primadona di kawasan purbakala ini. Yaitu Gua Pettae, yang ditemukan alat-alat dari batu, sisa makanan berupa tulang binatang, dan kulit kerang. Yang unik, di dinding gua terdapat sebuah lukisan prasejarah berupa telapak tangan dan babi rusa.
Ada pula Gua Pettakere, yang juga memiliki lukisan prasejarah, dalam ukuran lebih besar dan berwarna merah. Warna lukisan memang masih bisa terlihat dengan baik, meski telah berusia ribuan tahun. Rahasianya ternyata terletak pada ramuan yang digunakan untuk melukis. Diperkirakan, ramuan tersebut berasal dari bahan alam, seperti daun dan kulit kayu yang ditumbuk lalu dikunyah dan disembur langsung ke tangan yang telah menempel di dinding.
Lukisan di gua-gua itu pun memiliki makna tersendiri. Gambar jari-jari tangan dianggap sebagai tanda berkabung seorang wanita yang telah ditinggal mati suaminya. Hal ini terlihat dari banyaknya jari manis pada lukisan tersebut yang hilang dan disinyalir karena dipotong sebagai tanda duka cita. Sementara itu, lukisan babi rusa merupakan simbol perburuan yang bermakna bagi kehidupan.
Menurut perkiraan, seluruh kawasan purbakala ini dulunya tertutup air laut. Hal ini terbukti dari ditemukannya kulit kerang pada gua. Selain itu, jika melihat ke dinding-dinding batu yang ada di sekitar, terlihat garis-garis searah yang menyerupai kikisan air laut.
Terlepas dari semua keajaiban tersebut, perjalanan menuju Gua Leang-Leang sendiri telah menimbulkan banyak kesan. Perhatikan saja arsitektur rumah penduduk yang dilalui. Bagian atapnya biasanya terdapat hiasan yang menandakan profesi pekerjaan sang pemilik rumah.
Ada yang menyerupai bentuk tanduk kerbau, yang merupakan symbol kemakmuran dan menandakan bahwa pemiliknya adalah seorang petani. Sementara itu, jika atap rumahnya berbentuk ekor ikan dan sirip, menandakan bahwa pemiliknya adalah seorang nelayan. Jumlah jendela rumah pun punya cerita. Tak semata untuk memberikan sirkulasi udara yang baik bagi rumah, tetapi juga sebagai tanda jumlah generasi yang telah mendiami rumah tersebut. [ADT]
Sumber : Kompas, 13 Juli 2011
Wilayah Maros harus di lestarikan karena merupakan peninggalan dan bukti zaman prasejarah. Dengan adanya wilayah Maros, terutama Gua Leang-Leang, orang-orang dapat mengetahui kehidupan di masa prasejarah
BalasHapusFairuz S. S (12)
XI IPA 5
Nama: Ajeng Dewi Pajarwati
BalasHapusKelas : XI IPA 5
No. absen: 02
Maros bisa dijadikan tempat pembelajaran yang sangat bagus untuk memulai belajar sejarah dan membuktikan peradaban di Indonesia yg sudah cukup maju.