Filosofi Pencak Macan
Bahwa pencak silat merupakan salah satu olahraga bela diri asli Indonesia, rasanya sudah banyak yang mengetahui. Selain itu, ada sebuah tradisi yang namanya mirip, walau sebenarnya berbeda, yaitu pencak macan. Tradisi ini tumbuh dan berkembang di daerah Lumpur dan Koman, Gresik, Jawa Timur.
Berbeda dengan pencak silat yang merupakan bela diri, pencak macan sesungguhnya merupakan pertunjukkan seni. Kesenian ini biasanya diadakan dalam upacara perkawinan adat. Pencak macan merupakan bagian dari perarakan pengantin, yang bermula dari rumah pengantin laki-laki dan menuju ruman pengantin perempuan.
Jadi, ketika mempelai pria dirias dan keluar rumah yang disambut dengan seni hadrah, pencak macan akan berjalan mengiringi hingga mempelai pria sampai di rumah mempelai perempuan. Pencak macan biasanya diiringi dengan musik-musik Islami.
Sejumlah orang yang mengenakan kostum dengan karakter macan, monyet, dan hantu genderuwo yang ditampilkan membuat tradisi pencak macan menjadi unik. Namun, jangan salah. Karakter-karakter tersebut memiliki makna tersendiri. Karakter macan contohnya. Karakter ini melambangkan sosok laki-laki yang perkasa dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarga.
Karakter monyet menggambarkan sosok wanita yang banyak bicara, tetapi rajin mengurus rumah tangga. Sementara itu, karakter genderuwo menjadi sifat buruk yang selalu ada dalam perjalanan hidup berumah tangga yang dipicu karena godaan setan.
Ya, karakter-karakter dalam pencak macan ini bermakna untuk mengingatkan banyak konflik dan lika-liku yang mengiringi perjalanan bahtera rumah tangga. Ulama yang mengiringi tradisi pencak macan menjadi cerminan bahwa manusia harus senantiasa mengingat Yang Mahakuasa.
Selain sejumlah karakter tersebut, dalam pencak macan juga terdapat pembawa ketopang, payung, pontang lima, pembaca shalawat, dan pembawa obor. Semuanya memiliki simbolisasi tersendiri. Misalnya pontang lima yang terbuat dari daun pisang yang dihiasi janur dan berisi makanan ketan berwarna-warno. Ini melambangkan beragamnya aliran dan golongan dalam Islam, tetapi tetap dalam satu tujuan, yaitu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Obor bermakna agar kedua mempelai dapat turut “menerangi” atau menyiarkan agama Islam. Tradisi pencak macan memang banyak dipengaruhi kebudayaan agama Islam.
Sayangnya, budaya pencak macan mulai surut. Hanya sejumlah keturunan daerah Lumpur dan Kroman yang masih setia mengadakan pencak macan dalam acara perkawinan. Upaya-upaya seperti event festival kesenian daerah perlu diselenggarakan untuk membantu melestarikan budaya yang diwariskan secara turun-temurun ini. Selain itu, dukungan dari berbagai kalangan masyarakat juga tak boleh dilupakan sehingga tradisi ini tetap bertahan dan tak hilang oleh gerusan zaman. (MIL)
Sumber : Kompas Cetak, 13 Januari 2012
Tradisi Pencak Macan merupakan budaya warisan leluhur yang berusia ratusan tahun.Kekuatan dan dalam nya arti filosofis dalam tradisi pencak macan tersebut cukup disayangkan bila hilang tanpa jejak. semoga Pencak Macan tidak sendirinya lenyap dan terkikis oleh era digital modern. dan semoga pemerintah tidak lepas tangan saja terhadap hal tsb.
BalasHapusDevi Florenci
X - B
12