Belasan Arca Megalitikum Terpenggal
PAGAR ALAM, KOMPAS – Belasan arca megalitikum di Kota
Pagar Alam dan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, ditemukan dalam keadaan
terpenggal. Pemenggalan kepala arca-arca tersebut diduga disengaja, tapi belum
diketahui motifnya.
Arca-arca
tanpa kepala itu terdapat, antara lain, di situs megalitikum di Cawang, Cawang
Lama, Mingkik, dan Ujan Mas di Kota Pagar Alam serta Muara Danau dan Rindu Hati
di Kabupaten Lahat. Di Situs Rindu Hati, dari 12 arca, hanya tiga yang
ditemukan utuh. Arca-arca lainnya yang bersosok manusia dan binatang sudah
dalam keadaan tanpa kepala.
Koordinator
Juru Pelihara Situs Megalitikum Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3)
Jambi Akhmad Rivai mengatakan, dari tanda-tanda fisiknya, pemenggalan tersebut
dilakukan dengan sengaja karena terdapat bekas pukulan palu ataupun benda
tumpul di sekitar bagian yang terpenggal. Namun, waktu pemenggalan tersebut tak
diketahui.
“Arca-arca
itu kemungkinan dinilai tak sesuai dengan nilai-nilai agama,” katanya di Situs
Tegur Wangi, Pagar Alam, Sumatera Selatan, Jumat (18/5).
Beberapa
kepala yang terpenggal itu ditemukan tergeletak tak jauh dari tubuh arca dan
dibiarkan seperti aslinya. Namun, sebagian sisanya hilang.
Menurut
Rivai, BP3 Jambi telah mulai membahas untuk menyambung kembali kepala-kepala
arca yang masih ada. Setidaknya, terdapat tiga arca yang berpotensi disambung
kembali.
Kabupaten
Lahat dan Kota Pagar Alam sangat kaya dengan peninggalam megalitikum. Hingga
saat ini, Balai Arkeologi Palembang telah mendata sekitar 500 benda megalitikum
yang terdapat di dua kecamatan. Diperkirakan masih banyak benda megalitikum
yang belum terdata.
“Sekitar
500 benda megalitikum itu hanya di dua kecamatan. Padahal, di Kabupaten Lahat
saja ada 21 kecamatan yang semua mempunyai situs megalitikum,” kata peneliti
megalitikum Balai Arkeologi Palembang, Kristantina Indriastuti, saat melakukan
ekskavasi bilik batu di sekitar Cawang, Pagar Alam.
Berdasarkan
penaggalan karbon yang telah dilakukan Balai Arkeologi Palembang, situs-situs
megalitikum di Pagar Alam dan Lahat berusia 1.000-4.000 tahun atau sekitar abad
VI-X. Artinya, kebudayaan megalitikum di kaki Gunung Dempi di Sumatera Selatan
berkembang pada saat bersamaan dengan berkembangnya Kerajaan Sriwijaya. (IRE)
Sumber : Kompas Cetak, 19 Mei 2012
Seharusnya badan yang bertugas mengelola dan merawat arca-arca di kota Lahat, Sumatera Selatan lebih ditingkatkan lagi pengawasannya. Dan jika ada orang luar maupun orang dalam, harus diperhatikan baik-baik. Akibat kecerobohan pengelola, akibatnya arca-arca tanpa kepala ditemukan. Semua pihak pun tidak ada yang bertanggungjawab. Untuk seterusnya, pihak pengelola dan pemerintah harus bersikap lebih tegas dan orang yang bersalah harus dikenai sanksi.
BalasHapusDwitika Diah Pengestuti
XI IPA 2
No. Absen 12
Apa gunanya kaya artefak sejarah jika tidak ada yang memelihara? Di saat benda bersejarah dicuri atau rusak baru saja pemerintah sigap. Tidak ada pemerintah yang selalu sigap memelihara artefak sejarah. Pemerintah hanya sibuk mengurusi pemasukan negara, tidak ingin mengeluarkan sepeser pun untuk memelihara benda bersejarah khususnya yg berada di pedalaman. Sudah seharusnya kita generasi selanjutnya menyadari begitu penting nya sejarah sebagai asal-usul kehidupan kita. Jika sejarah dilupakan, akan cerita apa pada anak cucu kita nanti?
BalasHapusNabila Khairunnisa Ansory (29)
XD
Seharusnya hal ini tidak terjadi. Karena merusak peninggalan yang sangat penting. Kekurang sadaran masyarakat sekitar dan pemerintah yang menyebabkan hal ini terjadi. Jadi seharusnya masyarakat diberi pengarahan tentang pentingnya sejarah untuk masa depan dan pemerintah harus lebih bisa melindungi peninggalan yang ada di Indonesia.
BalasHapusPutri atan (30)
X-I